Kisah ini terjadi hampir 3 tahun yang lalu. Suatu sore aku mampir ke warung burjo (bubur kacang ijo) langgananku, makan nasi telor plus es jeruk muda (jeruk yang masih muda) kesukaanku. Waktu aku makan hujan kembali mengguyur kota jogja yang nampaknya hari itu memang gak ada panas sama sekali. Ditemani penjaga warung yang menurutku lucu itu (dia sering membuat guyonan garing), kita ngobrol macem2 tentang masa depan.
Aku kaget ternyata orang seperti dia juga punya hal lain yang ingin dikerjakan lebih dari sebagai penjual makanan di warung burjo. Dia mengatakan bahwa suatu saat nanti dia ingin punya sapi yang ia beli dari hasil jerih payah dia jualan di burjo, dia besarkan lalu dia jual lagi sapi itu. Dia sangat optimis dengan untung yang besar meskipun aku sempat mencoba membuatnya ragu dengan resiko2 yang mungkin saja terjadi. Namun ia tetap mantab dengan apa yang ia impikan malah ia membuat target bahwa pada saat umur 25 tahun nanti ia sudah bisa hidup mandiri bersama isteri dan hidup berkecukupan. Bener2 sebuah semangat mulia yang harus didukung.
Pikran dia berbeda dengan pikiran orang2 yang sebaya dengan dia. Saat para remaja kebanyakan sibuk dengan bagaimana ia menghabiskan uang kiriman orang tuanya dia malah berinisiasi untuk mencari uang sendiri. Saat anak2 muda lainnya sibuk dengan hal2 gak mutu yang terkesan membuang2 waktu, ia sibuk dengan impian2 nya dengan seribu pikiran halal untuk mewujudkan impiannya itu. Namun sesekali kulihat rona wajah kelelahan pada dirinya. Seakan2 dia juga ingin hidup “normal” seperti anak muda kebanyakan. Wajarlah usia 20 tahun adalah usia yang terlalu belia bagi seseorang untuk dapat berfikir mandiri mencari cara untuk bertahan hidup. Tetapi inilah hidup, sebuah realita yang harus kita jalani.
Bisa diibaratkan bahwa kita ini adalah aktor yang membintangi sebuah film karangan kita sendiri. Kita dituntut untuk bermain apik oleh sang sutradara. Jadi berhati-hatilah dalam berakting dan ambilah hikmah dari semua kesalahan kita di masa lalu agar aksi kita berikutnya bisa menjadi lebih baik dalam berperan. Hidup juga sebuah realita yang harus kita terima dan tentunya harus dihadapi.
Siapa sih yang ingin hidup dalam kemiskinan? Dan siapa juga sih yang tahu bahwa ketika seseorang itu hidup ia akan hidup di keluarga yang bergelimang harta? Bahkan mungkin saja kita ini berlaga dalam sebuah skenario film yang kita sendiri tidak pernah tahu bagaimana jalan cerita dari film yang kita mainkan itu. Tetapi pada dasarnya kita harus sadar bahwa sesungguhnya kita sendirilah yang akan menentukan jalannya cerita yang kita lakoni ini. Bersemangatlah. [ ]
No comments:
Post a Comment