Monday, December 12, 2011

PENCEDERAAN TERHADAP NILAI-NILAI LUHUR PERJUANGAN MELAWAN PENGUASA ZALIM

Aksi teatrikal dalam sebuah aksi demonstrasi kerap menjadi tontonan yang memberikan nuansa eduksasi dan impresi bagi siapa saja yang melihatnya. Sebut saja beberapa oknum massa yang sengaja mengecat tubuhnya sampai hitam legam menandakan bahwa ia sedang berkabung terhadap suasana yang serba polemik dan tidak kondusif serta sangat tidak memihak kepada kepentingan rakyat. Beberapa diantaranya lagi dengan berdandan ala pocongan yang kemudian di kain tersebut ditulis nama koruptor sebagai perlambang harapan para demonstran terhadap kematian para penguasa yang sudah lalai dengan nasib rakyat. Memang sangat menarik jika aksi2 demonstrasi di negeri kita ini diisi dengan suguhan2 teatrikal yang kreatif sehingga akan memberikan impresi bagi siapa saja yang melihatnya termasuk penguasa tentunya.

Beranjak ke aksi yang lebih mencolok, biasanya ada beberapa oknum massa yang sengaja membakar ban bekas untuk menunjukkan amarah terhadap penguasa dholim yang telah membakar hak-hak kesejahteraan rakyat. Bahkan biasanya juga kita jumpai bagaimana para demonstran ini (oknum tentunya, red) membuat boneka mirip seseorang yang ditengarai sebagai pelaku kezaliman dan kemudian membakar boneka tersebut sebagai simbol kemarahan terhadap tingkah polah orang yang dituju tersebut. Aksi seperti ini kurang edukatif sebenernya dan cenderung merugikan. Bagaimana tidak, dengan membakar berarti mereka telah membuat bumi kita semakin menderita. Akumulasi gas karbon hasil pembakaran akan mengendap di atmosfer bersamaan kepulan asap-asap biadab cerutu para penguasa zalim sehingga mengakibatkan bumi semakin panas karena asap tersebut merubah dirinya menjadi sebuah perisai tak terlihat yang menghalangi panas matahari untuk dipantulkan lagi ke angkasa. Kelompok2 demonstran macam ini sebenernya beda tipis dengan para koruptor zalim. Mereka merampas hak2 masyarakat akan udara yang bersih dan atmosfer bumi yang kondusif.

Kemudian kita lihat lagi kelompok demonstran yang berikutnya. Yang ini lebih anarkis dan media massa kerap mengidentikkan kelompok ini dengan massa demonstran yang ada di Sulawesi (Makasar). Beberapa aksi perusakan fasilitas publik terekam oleh kamera media dilakukan oleh para oknum massa sebagai puncak aksi dari para demonstran yang sudah lelah menghadapi kezaliman penguasa korup. Menurut saya aksi seperti itu sangatlah tidak tepat. Menghadapi perilaku penguasa bejat tidak harus dengan tindakan bejat yang merugikan publik. Pada akhirnya kelompok demonstran yang seperti inilah yang kemudian mendapatkan predikat sama dengan penguasa yang bejat. Dengan kata lain mereka juga bejat. Kalau hal ini tidak segera diminimalisir adalah suatu keniscayaan bahwa bangsa kita ini lama2 juga akan menjadi bejat.

Tetapi dari ketiga kelompok itu, ada lagi yang menurut saya tidak wajar. Bolehlah saya sebut sebagai ketololan atau mungkin sebuah ketidakpahaman kalau saya memang harus memperhalus kata-kata saya. Bagaimanapun juga menghadapi kezaliman tidaklah tepat jika kita menjalaninya dengan jalan menzalimi diri sendiri. Sebut saja aksi mogok makan, aksi jahit mulut, bahkan sampai aksi membakar diri. Itu semua perbuatan menzalimi diri sendiri dan sudah jelas bahwa saya rasa itu sangat dilarang oleh agama manapun (terkecuali kalau memang ada agama yang membenarkan tindakan zalim macam itu, red). Jika demikian yang terjadi maka sama saja dengan mempertegas kezaliman itu sendiri sehingga kenyaplah sudah nilai-nilai perjuangan di dalamnya. Perjuangan yang kita lakukan haruslah amar ma'ruf nahi munkar yaitu,,berseru atau mengajak kepada kebenaran dan kebaikan serta memerangi kemungkaran. Dengan melakukan akzi menzalimi diri sendiri maka sudah gugurlah nilai yang pertama yaitu mengajak kepada kebenaran. Dan memang sangat tidak tepat kalau menzalimi diri sendiri seperti itu dikatakan sebagai sebuah kebenaran atau disebut sebagai pembenaran sikap sebab adanya tekanan batin yang sangat kuat akibat kezaliman penguasa. Dan kalau sudah mati (paling baik ya sudah lemah tak berdaya) bagaimana bisa melawan kezaliman penguasa. 

Dari sinilah kemudian titik poinnya bagaimana kita harus memilih cara perjuangan yang cerdas dalam menegakkan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Tindakan bodoh dalam menggelar aksi demonstrasi hanya akan memberikan tontonan bernuansa melodrama bagi para penguasa zalim. Mereka (penguasa zalim) pun akan ikut bersimpati atas sebuah kejadian yang pilu dalam sebuah suguhan drama aksi demonstrasi. Beberapa akan memberikan bela sungkawanya dan beberapa lagi akan memberikan penghargaan atas pengorbanan yang sudah dilakukan. Tidak sadarkah kita bahwa itu pun cuma sebuah sandiwara. Hanya sebuah intermezo dalam sebuah pergolakan mafioso yang sudah sangat akut menggerogoti kedaulatan negara kita. Dan tidak akan menjadi sesuatu yang signifikan bagi perubahan bangsa dan negara ini menuju ke masa depan yang lebih baik. 

Kita ingat kembali bagaimana dahsyatnya kejadian reformasi. Bagaimana ngilu dan pilunya keadaan negara kita kala itu. Penjarahan dan pemerkosaan menjadi hiasan transisi kekuasaan di negara ini. Ya, 10 tahun lebih sudah kejadian itu terngiang di memory kita. Senandung haru dan syahdu mengiringi kepergian beberapa tumbal reformasi kala itu. Dan sangat disayangkan ternyata cita-cita reformasi sama sekali tidak terwujud hingga saat ini. Perubahan hanya berwujud pada gantinya seorang pemimpin rezim dan cara memilih pemimpin rezim yang baru. Cuma itu tidak lebih. Dan nyatanya sampai sekarang korupsi dan penindasan HAM masih saja terjadi. Kedaulatan negara ini terancam dengan ancaman yang sangat serius. Maka mulailah berdoa karena hanya campur tangan Tuhan -lah negeri ini mampu bebas dari belenggu kezaliman. Tapi ya segiat-giatnya kita berdoa, Tuhan pun juga pasti menginginkan kita untuk lebih keras dalam memperjuangkan kemerdekaan kita yang sebenarnya. Kalau cuma berdoa saja bisa2 Tuhan marah.

Sekarang, dan seterusnya, tugas kita adalah memikirkan bagaimana sebenarnya bentuk perjuangan yang paling tepat untuk menghadapi penguasa zalim. Dulu, kira2 awal tahun 2010, negara kita bergembor2 bahwa hadirnya pemimpin muda adalah harapan sekaligus solusi bagi permasalahan pelik di negara ini. Beberapa deret nama tokoh politisi muda disebut2 mampu menggantikan peran tokoh2 politisi yang sudah udzur tergerus roda usia. Tetapi seiring berjalan waktu sirnalah pula harapan2 tersebut. Justru semakin banyak tokoh muda yang terseret kasus2 biadab momok paling menyebalkan di negeri ini. Memang uang lebih tajam dari sebilah pedang yang setiap hari diasah tujuh kali sekalipun. Uang mampu memutus rantai idealisme tokoh2 politik muda yang digadang2 memiliki idealisme selangit itu. Memang negeri ini negeri fatalis, setinggi apapun harapan kita akhirnya jatuh juga ke jurang paling dasar. Dan akhirnya pun kita akan sedikit memahami bagaimana sebenarnya polah2 para oknum demonstran yang anarkis dan bahkan tolol itu disebabkan karena mereka sudah kehilangan harapan dalam perjuangan melawan kezaliman.

Pencederaan terhadap nilai-nilai luhur perjuangan melawan kezaliman di negeri ini kebanyakan memang ulah anak negeri kita sendiri. Sudah banyak pemberitaan di media, makin banyak diberitakan makin tahu kita bahwa negeri ini lama2 rusak karena ulah kita sendiri. Kita tidak usah dulu berbicara tentang negara2 Barat yang sangat interfensif terhadap kebijakan2 di negeri kita. Kita juga tidak usah dulu membahas bagaimana dampak dari rapuhnya kapitalisme di uni eropa terhadap negara kita. Kita juga tidak perlu terburu2 untuk marah kepada negeri seberang dengan ulahnya yang memang banyak mengambil warisan budaya bangsa kita. Kita lihat saja lah dulu bagaimana SDM pemimpin kita yang makin lama makin kritis mental kepemimpinannya. Dan haruslah kita perhatikan juga bagaimana kesiapan dan kesigapan generasi penerus bangsa ini. Hindarkan mereka dari segala macam doktrinasi sesat tentang manajerial sebuah negara. Lindungi mereka dari fatalistis2 berfikir yang sangat beresiko menghadirkan tindakan2 bodoh dan sia2. Dan bina mereka menjadi sesosok insan dengan mental kepemimpinan yang tangguh yang mampu menyelamatkan bangsa ini dari kotak2 politik golongan menuju pada integrasi nasional yang sesungguhnya dan berkedaulatan penuh.

Perbaikan negara ini tidak bisa hanya dengan perbaikan sistem belaka atau dengan perbaikan mentalitas serta moral individunya saja. Keduanya harus berjalan dengan komprehensif dan saling menunjang. Perbaikan sistem politik harus dimulai dengan mekanisme pemilihan dan penyertaan wakil daerah sebagai pengisi fungsi legislasi dalam sebuah kekuasaan negara. Kalau sudah ada DPR tidak perlu lagi ada DPD. Legislasi kepentingan masyarakat haruslah dijalankan dengan sangat efektif dan efisien. Meskipun tupoksi kedua lembaga itu berbeda namun perbedaannya tidaklah subsntansif. Legislasi yang overlaping hanya akan memberikan tafsiran aspirasi yang bermacam2 dan akan semakin membuka tabrakan kepentingan serta akan semakin sulit mencapai kesepakatan yang konstruktif. 

Pemilihan wakil rakyat juga harus dijalankan dengan cermat. Hal ini bertujuan agar sistem politik yang ada benar2 memberikan dampak positif bagi kelanjutan bangsa. Saya mengusulkan untuk hapus sistem kepartaian karena hal itu hanyalah sebuah kemasan politik yang tidak mendidik dan sangat membodohi rakat serta mengancam integrasi nasional. Hadirnya partai politik hanya akan menjadikan nasionalisme kita kerdil karena orang hanya akan berfikir bagaimana partainya menang dalam pemilu. Gunakan cara yang cerdas dalam pemilihan wakil rakyat. Kandidat wakil rakyat tidak harus berasal dari golongan elit tetapi siapapun yang memang terbukti mampu maka dia pantas dijadikan sebagai wakil rakyat. Serahkan mekanisme pemilihan kepada akademisi (kampus) di masing-masing daerah dan tentunya harus disertai dengan supervisi yang ketat dalam proses pemilihannya. Adakan seleksi calon wakil rakyat yang benar-benar berkualitas baik dari sisi keilmuan maupun kecakapan dalam berinteraksi dengan rakyat. Jangan lagi membodohi rakyat dengan uang. Beri hukuman mati kepada siapa saja yang menggunakan uang sebagai alat kekuasaan. Wakil rakyat yang baik adalah mereka yang mampu menjaring aspirasi rakyatnya dan mampu mentransformasikan aspirasi tersebut ke dalam sebuah peraturan-perundang2an. Seorang wakil rakyat adalah katalis bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dengan adanya sistem yang seperti itu, maka haruslah dibarengi dengan kualitas individu yang memang benar2 memiliki mentalitas dan moralitas seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan kedamaian kepada siapa saja yang dipimpinnya dan mampu menghilangkan gap antara golongan yang satu dengan yang lainnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menghadirkan sebuah solusi kongkrit dan bukan sekedar sanjungan2 politis serta ucapan2 keprihatinan penuh bela sungkawa terhadap polemik rakyat. Pemimpin yang baik harus mampu menjadikan mayoritas bukanlah lagi dominasi dan minoritas bukanlah lagi kaum2 marginalis. Semua berada dalam koridor keadilan yang merata serta kesejahteraan yang menyeluruh. Maka mari kita mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar kita. Mari kita budayakan kerukunan dan kekompakan. Keputusan tidak lagi diambil dengan voting serta meminimalisir kompromi dan memaksimalkan win-win solution

Sudah saatnya bangsa ini berubah. Jika memang waktu belum mengijinkan perubahan itu terjadi secara menyeluruh maka hendaklah kita memulainya dari diri sendiri sekarang juga. Bebaskan diri dan pikiran kita dari kotak2 golongan A atau B. Bersatu dengan segala macam latar belakang yang kita miliki. Dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar Dia berkenan membantu kita merubah keadaan bangsa ini. Agar bangsa ini tidak lagi menjadi bulan-bulanan bangsa lain. Agar bangsa ini berdulat penuh dan tidak ada lagi interfensi terhadap kebijakan2 di negeri ini. agar tidak ada lagi warisan nenek moyang kita yang diklaim oleh negara lain. Mari kita bersatu dan janganlah kita mencederai nilai-nilai luhur perjuangan kta. Lawan penguasa zalim dengan perlawanan yang elegan. Semoga Allah SWT Tuhan YME selalu membersamai kita dalam setiap jengkal perjuangan yang kita lakukan. Jayalah negeriku jayalah Indonesiaku [ ]

No comments:

Post a Comment