Thursday, September 8, 2011

AKU TIDAK INGAT

Aku sama sekali tidak ingat sejak kapan perasaan ini ada. Aku pun juga tidak tahu kenapa perasaan ini ada. Bahkan aku pun tidak tahu mengapa aku begitu tidak tahu terhadap apa yang aku rasakan ini. Berulang-ulang aku tanyakan pada diriku, berulang-ulang aku resapi maknanya, berulang-ulang itu juga aku tenggelam dalam kedangkalan pikirku. Sejenak kubuka kembali ingatanku dan kucari lagi memori kapan pertama kali aku melihatnya. Susah juga ternyata. Mungkin karena diriku yang terlalu sibuk dengan aktifitas keduniaanku. Mungkin juga karena selama ini waktu yang kupunya hanya kuhabiskan untuk sesuatu yang tak jelas manfaatnya. Atau bisa jadi selama ini aku terlalu kental dengan kemalasan ibadah maupun beramal soleh.


Manusia itu memang pelupa. Kadang lupa siapa dirinya, lupa bagaimana seharusnya dia hidup, lupa dengan siapa dan bagaimana seharusnya dia berinteraksi dengan sesama manusia yang lain. Bahkan lupa kalau manusia itu mempunyai tanggung jawab moral terhadap lingkungan sosialnya. Contohnya saja para caleg yang terlalu narsis dalam mengkampanyekan dirinya untuk maju lagi menjadi anggota dewan. Mereka itu lupa pada keluarga. Tak peduli berapapun uang yang mereka keluarkan untuk bisa sekedar membeli baliho bergambarkan senyum dirinya hingga kebutuhan utama anak isteri pun terpinggirkan. Mereka itu juga lupa pada amanahnya di parlemen. Tak peduli dengan masa jabatan yang masih tersisa malah mereka gunakan untuk berkoar-koar menebar janji baru sementara janji-janjinya yang terdahulu bisa jadi belum terealisasi semua. Mereka itu mungkin juga lupa bahwa sila pertama Pancasila itu harusnya berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa dan bukan Keuangan Yang Maha Esa. Dan entah berapa banyak hal lagi yang aku yakin mereka melupakannya. Nah kalau para anggota dewan yang terhormat itu sudah lupa, lha terus siapa dong yang bakal ingat dan peduli dengan permasalahan bangsa ini.

Tapi terkadang lupa itu juga menjadi suatu kenikmatan tersendiri yang diberikan Allah pada kita. Coba saja kalau manusia tidak dianugerahi lupa oleh Tuhan. Bisa jadi semua manusia menjadi depresi karena mereka tidak sanggup melupakan kisah buruk bahkan tragis yang menimpa dirinya di masa lalu. Mungkin juga orang-orang yang dulunya itu bejat karena dia “lupa” dengan kebejatannya sekarang bisa menjadi orang yang lebih baik. Dan dengan melupakan kenangan buruk di masa lalu orang akan lebih bergairah untuk memulai kisah suksesnya di masa kini dan masa mendatang. Tapi bagiku lupa itu tetap saja membawa banyak mudharat daripada manfaatya. Buktinya saja samapai saat ini pun aku masih merasa gundah gulana terhadap sebuah rasa yang aku lupa bagaimana awal mulanya itu terjadi. Dan parahnya aku jadi lupa bagaimana mengatasi perasaanku ini. Sebuah momen singkat yang akupun tak ingat pasti kapan terjadinya. Dan yang pasti momen itu adalah awal dari semua perasaan yang bergelayut di dalam diriku ini. Awal semua semangat dalam hidupku ini.

Aku sama sekali tidak ingat sejak kapan perasaan ini ada. Aku pun juga tidak tahu kenapa perasaan ini ada. Bahkan aku pun tidak tahu mengapa aku begitu tidak tahu terhadap apa yang aku rasakan ini. Berulang-ulang aku tanyakan pada diriku, berulang-ulang aku resapi maknanya, berulang-ulang itu juga akutenggelam dalam kedangkalan pikirku. Tapi aku masih bersyukur, bahwa aku masih ingat siapa diriku, apa peranku, dimana ranahku berjuang, kapan aku memulainya dan bagaimana aku mengerjakannya hingga aku pun tahu kapan diriku mengakhiri semua ini. Itulah saat diriku ini mati menghadap pada-Nya. Namun tetap saja aku tidak pernah tahu kapan diriku ini akan mengakhiri langkah hidupku. Dan saat itu tiba, hanyalah amal-amal baikku yang akan aku bawa dan menerangi gelapnya liang lahatku nanti. [ ]

No comments:

Post a Comment