GERAKAN RADIKALISME AGAMA (1)

Tulisan saya ini mungkin sudah tidak pas kalau diterbitkan sekarang meskipun beberapa waktu yang lalu kasus seperti ini sangat laris ditayangkan oleh media massa. Ada yang mengatakan bahwa kasus tersebut (cuci otak oleh NII) sengaja dimunculkan di dalam area publik karena adanya semacam motivasi untuk menggeser opini publik mengenai kasus-kasus besar khususnya di bidang politik kenegaraan. 


Ya, boleh yakin boleh tidak, tapi yang jelas gerakan radikalisme agama di negara ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Tapi, ya biarlah, adalah tetap menjadi hak saya untuk kemudian menuliskan apa yang sedang saya pikirkan sekarang di blog ini. Dan saya pikir wacana tentang fundamentalisme agama yang berujung pada radikalisme adalah sesuatu hal yang harus terus diwapadai, karena hal tersebut sangat mengancam eksistensi NKRI.

Gerakan Fundamentalis

Maraknya kasus “cuci otak” sebagai bagian dari perekrutan anggota Negara Islam Indonesia (NII) yang telah diberitakan oleh media massa beberapa bulan yang lalu memang perlu diberikan perhatian khusus dan lebih mendalam oleh semua pihak. Terlebih lagi bahwa target operasinya adalah generasi muda yang sejatinya adalah asset berharga bangsa dalam agenda pembangunan bangsa dan Negara di masa mendatang. Jika kejadian ini dibiarkan terlalu lama atau bahkan dianggap remeh maka akan menjadi ancaman yang sangat serius terhadap stabilitas nasional dan keutuhan bangsa dan negara.

Dalam praktiknya gerakan fundamentalis Islam seperti halnya NII tersebut menggunakan cara yang halus dan terkesan intelek seperti halnya mengajak berdiskusi. Cara-cara ini merupakan konsep “cuci otak” yang cukup efektif dimana tema-tema diskusi yang diberikan adalah mengenai kondisi kenegaraan Indonesia yang sudah carut marut dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian doktrinasi sempit menggunakan ayat-ayat al quran. Dalam diskusi tersebut target biasanya diberikan beberapa pertanyaan menjurus seputar Islam dan kondisi kenegaraan yang pada akhirnya adalah bertujuan untuk memberikan sebuah judgement sesat bahwa negara Indonesia adalah haram hukumnya untuk terus berdiri sehingga harus ada sebuah negara pengganti yang lebih diridhoi oleh Tuhan yaitu Negara Islam Indonesia.

Oleh karena sangat berbahanya efek dari “cuci otak” tersebut maka sekiranya perlu untuk mengenal terlebih dahulu secara lebih dalam tentang apa itu gerakan fundamentalisme. Fundamentalisme adalah adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (fondasi). Oleh sebab itu pengikut kelompok-kelompok paham ini seringkali berbenturan dengan kelompok-kelompok lain bahkan yang ada dilingkungan agamanya sendiri, dikarenakan anggapan diri sendiri lebih murni dan benar daripada lawan-lawan mereka yang iman atau ajarannya telah “tercemar”. Ini semua biasanya didasarkan pada tafsir atau interpretasi secara harafiah semua ajaran yang terkandung dalam kitab Suci atau buku pedoman lainnya

Dijelaskan oleh Azyumardi Azra (1993) bahwa yang menjadi penyebab bermunculannya kaum fundamentalis sebenarnya diakibatkan karena arus globalisasi yang tidak terbendung dan tidak terfiltrasi oleh masyarakat (bahkan oleh negara) sehingga menyebabkan lahirnya  perilaku masyarakat yang inmoral dan menyimpang dari norma-norma agama. Masuknya kebudayaan asing yang cenderung merusak tatanan hidup masyarakat yang telah terikat dengan nilai-nilai luhur religiusitas akan menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian kelompok (kaum fundamentalis) yaitu akan  tercabutnya akar-akar tatanan sosial masyarakat madani. Kaum fundamentalis inilah yang kemudian muncul sebagai penyaring dan pembendung dari hancurnya norma-norma agama. Namun terkadang yang terjadi justru fundamentalisme yang berlebihan dari suatu golongan yang pada akhirnya memunculkan radikalisme.

Ajaran agama pada hakikatnya harus senantiasa menjadi fundamen, dan setiap agama tentulah mensyaratkan hal itu. Karena pada dasarnya di dalam sebuah agama terkandung di dalamnya ajaran tentang nilai moral kemanusiaan serta membimbing manusia kepada jalan yang benar. Hanya saja, yang kemudian dipermasalahkan adalah sikap fundamental itu sendiri yang cenderung bersifat doktrinal dan cenderung kaku sehingga menyebabkan ketidakmampuan bagi kaum fundamentalis untuk bergerak luwes mengikuti kelenturan perkembangan sosial kemasyarakatan. Sehingga fundamentalisme yang pada dasarnya bersifat positif lalu bergerak liar secara negatif dan bersifat merusak (destruktif).

Membendung Gerakan Radikalisme Agama

Fakta yang terjadi di Kabupaten Jombang, seperti yang sudah diberitakan oleh media, menyebutkan bahwa terdapat beberapa masjid yang diidentifikasi sebagai basis gerakan fundamentalis (NII). Hal ini cukup mengejutkan mengingat slogan jombang sebagai kota santri sekaligus basis gerakan Islam moderat seakan tidak berpengaruh terhadap masuknya paham-paham fundamentalisme yang pada akhirnya akan menjadi gerakan radikalis yang ekstrim dan menggunakan cara kekerasan dalam mencapai tujuannya. Sehingga harus ada kesadaran bersama yang juga harus digalang secara bersama-sama oleh semua pihak baik dari pemerintah, lembaga atau ormas, para orang tua dan tentunya siswa itu sendiri.

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa permasalahan yang muncul pada fundamentalisme adalah kurangnya pemahaman yang baik mengenai konsep keberagamaan serta penyikapan diri terhadap keadaan sosial masyarakat yang terus berkembang. Sehingga akan lebih tepat lagi jika strategi membendung gerakan fundamentalis yg berujung pada radikalisme tersebut adalah dengan jalan melakukan kegiatan-kegiatan di luar forum formal sekolah (ekstrakurikuler) yang bersifat positif dan mendukung pembinaan akhlak siswa sebagai sebuah kegiatan yang di dalamnya juga diisi dengan diskusi-diskusi terarah yang rutin diagendakan kepada siswa dan juga kegiatan positif lainnya seperti menyelenggarakan kegiatan bakti sosial, pertunjukan seni drama yang menggambarkan kerukunan hidup, pembuatan poster ataupun karya lukis yang mengekspresikan toleransi umat beragama, dan sebagainya.

Beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya merupakan sebuah strategi yang terintegrasi di dalam pembinaan akhlak mulia siswa. Dimana akhlak mulia merupakan kunci penting dalam hubungannya dengan interaksi sosial yang terjadi di dalam sosial kemasyarakatan. Jika akhlak mulia telah terbentuk maka gerakan radikalisme fundamentalis di lingkup sekolah bisa dibendung.

Tujuan dari pembinaan akhlak mulia ini adalah untuk membantu mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, juga mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji  dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. Selain itu juga adanya penanaman jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa, pengembangan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. [ ]