Tuesday, September 6, 2011

Monolog Sang Hamba

Menyenangkan memang ketika pada suatu kesempatan ada seseorang yang tiba-tiba datang padaku dan kemudian memintaku untuk memberikan masukan atau tanggapan bahkan sekedar memperhatikan dan mendengar dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan segera aku akan bersemangat berapi-api dan kemudian mencoba menyelami apa yang sebenarnya menjadi inti permasalahan tersebut. Hingga pada akhirnya akan muncul sebuah kata-kata bijak yang aku harapkan mampu menginspirasi.
Setidaknya kenikmatan inilah yang sedang aku rasakan dan sangat aku syukuri bahkan di saat diriku ini sebenarnya juga membutuhkan seseorang untuk menjadi tempat menyampaikan keluh kesah yang kumiliki. Seseorang yang aku butuhkan untuk menjadi pendengar setia ketika hati dan pikiranku ini tak sanggup lagi menempa semua permasalahanku. Seseorang yang dapat memberiku inspirasi dengan kata-kata yang terucap dari mulutnya.
Kadang aku merasa sepi. Terkadang juga aku merasa hidup sendiri. Tetapi aku lebih sering merasakan bahwa diriku ini harus selalu berada dalam keadaan yang sangat kuat dan harus sekali lagi menyisihkan ruang di hati dan otakku untuk kembali menampung sebagian besar syair problematik yang dimiliki oleh orang lain. Bahkan aku dituntut untuk selalu membuka mata sekalipun mataku ini sudah tidak sanggup lagi untuk melihat dan mengukur seberapa besar tubuhku ini mampu berdiri dengan tegap. Semua harus kujalani dengan sangat kuat seperti rumput hijau yang selalu tumbuh meskipun selalu diinjak dan dipangkas setiap harinya. Makin sering diinjak tubuh ini akan semakin kekar. Makin rendah dipangkas tubuh ini akan semakin tumbuh tinggi dengan pesat.
Semua ini memang benar merupakan sebuah kenikmatan tersendiri buatku. Aku yakin bahwa tak semua orang lahir sepertiku. Berada di dalam kerumunan makhluk bernama manusia yang senantiasa meminta dan menuntut haknya lebih besar dari sebuah tanggung jawab yang harus dilaksanakannya itu, aku masih bisa menyembunyikan egoku dan mencoba untuk larut dalam kesedihan maupun kebahagiaan orang-orang di sekitarku. Aku sangat bersyukur bahwa kata-kata yang kurangkai menjadi sebuah kalimat itu ternyata dapat menghasilkan sebuah senyuman lega dan juga sorot mata yang kembali penuh dengan harapan. Sebuah nikmat dari Allah yang harus selalu aku syukuri.
Aku bukanlah seorang nabi yang membawa pesan dari Tuhan. Aku juga bukanlah seorang juru selamat yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia untuk menyempurnakan akhlak. Tetapi aku hanyalah seorang manusia biasa ciptaan Tuhan yang sedikit meluangkan waktu untuk mendengar keluh kesah dari orang lain yang juga ciptaan-Nya.

No comments:

Post a Comment