Ampuhnya Provokasi
Menyoal provokasi, memang sudah bukan menjadi hal yang baru lagi untuk diperdengarkan. Di jaman penjajahan Belanda pun teknik ini (adu domba = provokasi) kerap digunakan penjajah untuk memecah belah soliditas warga pribumi. Bentuknya bisa berupa ucapan-ucapan nyang bernada hasutan. Dan memang karakter manusia yang ingin selalu dihargai eksistensinya oleh orang lain di sekitarnya adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap naiknya emosi atau amarah akibat lontaran kata-kata yang berbau provokatif. jadi intinya, dari jaman dahulu hasutan atau provokasi ini sudah menjadi sebuah teknik yang ampuh untuk memecah belah persatuan. Jika suatu konstelasi sosial sudah tidak memiliki keeratan dalam berinteraksinya maka umur komunitas inipun tidak akan lama.
Beberapa waktu yang lalu, di Ambon kembali pecah perseteruan berdarah yang menyebabkan lumpuhnya kegiatan masyarakat. Sudah tujuh orang melayang nyawanya akibat ulah anarkis tak bertanggung jawab yang dilakukan oleh beberapa orang. Awal mula perseteruan ini disebabkan oleh kematian misterius tukang ojek bernama Darfing Saeman yang tidak jelas proses hukumnya. Hal ini kemudian diperparah dengan beredarnya sms yang berbau negatif bahkan SARA dengan nada penuh provokatif sehingga akhirnya menyebabkan terjadinya bentrok berdarah. Sejurus kemudian muncul isu-isu lain di media bahwa peristiwa itu sengaja dimunculkan oleh golongan tertentu untuk kepentingan tertentu. Jadi kalo dilihat, sebenarnya karakter 'kita' ini masih sangat-sangat rentan tersugesti terhadap berita yang belum jelas kebenarannya. Dan akhirnya pun geger.
Hal senada (tapi tak sama) juga terjadi di ranah politik. Tidak mengherankan kalau ini. Dari dulu juga, yang namanya politik memang penuh dengan intrik dan trik bahkan tipu muslihat dalam prakteknya. Para pemain politik yang posisinya sudah tidak aman akan menyerang pemain lain yang posisinya masih aman-aman saja. Sebut nama si A dan si B secara terang-terangan di media masih menjadi tindakan kekanak-kanakan (madulan-jawa) yang sangat digemari oleh politikus yang udah tidak aman posisinya. Seperti yang dilakukan Ruhut misalnya. Dalam kasus suap yang menggoyang Kemenakertrans, dia menyebutkan di media bahwa ada politikus parpol yang datang ke ruhut agar salah satu kader parpolnya 'diselamatkan' oleh partainya ruhut. Waktu ditanya oleh media "siapa?" ruhut hanya menjawab "ada lah, ...". Coba kita simak, kekanak-kanakan sekali bukan? Dan efeknya pun cukup seru (saru juga boleh), parpol yang disebut ruhut tersebut sontak tidak terima dan meminta ruhut meminta maaf. Satu kata untuk perpolitikan di negeri kita, LUCU.
Eksistensi seseorang memang mahal harganya dan saking mahalnya sampai menimbulkan emosi jika ditawar dengan harga yang tidak pantas. Ibarat sebuah mobil seharga Rp. 1 M, jika menawarnya seharga Rp. 1 juta maka sudah pasti kita akan dicelathu oleh si penjual mobil, paling bagus responnya paling ya ditertawakan. Sama halnya dengan manusia, ketika sedikit saja eksistensi ini digoyahkan, bahkan oleh tiupan angin sekalipun kita akan merasa panas hati dan kalau sudah tidak kuat kita bisa melakukan apapun untuk 'menyelamatkan' eksistensi kita. Hal yang wajar.
Hal yang wajar seperti itu bukan berarti tidak tak menimbulkan masalah. Justru suatu hal yang tingkat kewajarannya tinggi akan semakin rentan terhadap guncangan. Sehingga perlu adanya sebuah pemahaman awal bahwa kita, sebagai manusia, harus bisa dan mau menghargai orang lain. Demikian dengan kita juga harus melakukan sesuatu yang benar agar segala tingkah laku kita dihargai oleh orang lain. Ada hukum aksi-reaksi di sini. Jika kita baik maka orang lain pun akan baik terhadap kita. Dan parameter paling tepat untuk bisa dikatakan baik ini sebenarnya sudah diatur di dalam ajaran agama masing-maing. Tidak ada agama yang mengajarkan pengikutnya untuk menjadi tidak baik. Dan kita juga harus menghormati orang yang beragama atau berkeyakinan berbeda dengan kita.
Meminimalisir Efek Provokasi
Menghadapi keadaan negara yang penuh dengan permasalahan sistemik ini, hendaknya kita memulai perubahannya dari diri sendiri. Selalu mengingatkan diri sendiri bahwa kodrat manusia itu hidup secara berdampingan dengan manusia yang lain. Logisnya ada beberapa kepala yang memiliki beberapa pemikiran dan gagasan dimana tidak semuanya sama dan sevisi sehingga memerlukan kebersamaan dan saling memahami dalam hidup bersama ini. Wajar jika kita memiliki kepentingan pribadi, tetapi harus kita padukan dengan kepentingan bersama.
Kebersamaan bukanlah kesamaan atau identik. Kebersamaan adalah berkumpulnya unsur-unsur yang berbeda untuk melakukan kegiatan ataupun segala sesuatunya secara bersama. Unsur yang berbeda akan memberikan efek kekayaan yang abstrak dan akan menjadi nyata setelah kebersamaan itu berjalan mengarungi liku kehidupan. Seperti halnya dengan bentangan lahan yang di atasnya terhampar berbagai jenis pohon akan lebih resisten atau tahan terhadap serangan penyakit. Demikian juga dengan manusia yang beraneka ragam tentunya akan memiliki keahliannya masing-masing, dan keahliannya itu akan sangat berguna ketika menghadapi suatu masalah yang tidak semua orang bisa menyelesaikan.
Kehidupan berbanga dan bernegara, terutama di negara kita tercinta, memang tidak bisa dengan mudah lepas dari permasalahan. Hampir setiap hari kita disuguhi media dengan berita-berita yang kurang enak didengar. Hampir setiap hari pula kita mendapati perkembangan politik yang tidak kunjung membaik. Jika semua ini dibiarkan berlarut maka umur bangsa ini pun tidak akan lama. Sehingga untuk memperlama umur bangsa ini hendaknya kita selalu guyub rukun dalam komunitas di lingkungan kita. Selalu meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan senantiasa memposisikan diri untuk selalu bisa menghargai serta dihargai.
Ke depan, mari kita optimis dengan berdaya gunanya berbagai macam potensi anak bangsa yang masih 'dipendam'. Jadikanlah diri kita sebagai sosok yang mempunyai jiwa kepemimpinan sekalipun tidak berstatus sebagai pimpinan. Ajak lingkungan kita untuk lebih dalam memaknai arti kebersamaan serta menghindari segala macam bentuk provokasi. Dan selalu taatlah dengan ajaran agama karena kemajuan bangsa ini pun sebenarnya tidak akan lepas dari pertolongan Tuhan. Jayalah negeri kita jayalah Indonesia kita. [ ]
*pandangan pribadi
promo judi pulsa online tanpa potongan ada nih kawan
ReplyDeletePOKERVITA solusinya
Mari join kawan klik === > REGISTER
GRATIS
Info hub
WA:0812 2222 996